Hukum Ohm adalah ?☑️ Pengertian dan Bunyi hukum ohm dilengkapi dengan Rumus (persamaan) dan Contoh soal + Pembahasan☑️
Dalam Ilmu Fisika, istilah Ohm adalah istilah yang sering dijumpai. Selain menjadi satuan, ada pula hukum Ohm yang menyatakan bahwa arus listrik (I) yang mengalir di suatu konduktor sebanding dengan beda potensialnya (V) yang diberikan pada masing-masing ujung kawat konduktor.
Hal tersebut juga berarti bahwa semakin besar beda potensialnya, semakin besar pula arus listrik yang mengalir. Mari kita bedah materi ini secara mendalam.
Bunyi Hukum Ohm
“Bunyi hukum Ohm menyatakan : Besar arus listrik (I) yang mengalir pada penghantar (Konduktor) memiliki nilai yang berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (E) dan berbanding terbalik dengan hambatan (R).”
Artinya semakin besar kuat arus (I) yang mengalir pada suatu rangkaian listrik, semakin besar juga nilai tegangan (E) yang dihasilkan. Namun ini juga berarti semakin kecil nilai hambatan (R) yang ada pada rangkaian listrik tersebut.
Untuk bisa mempelajari lebih lanjut tentang hukum yang berlaku, Anda harus tahu terlebih dahulu definisi/ pengertian hukum ohm dan juga bagaimana rumus cara menghitungnya pada rangkaian listrik seri maupun paralel.
Pengertian Hukum Ohm adalah pernyataan/ rumus yang digunakan untuk menghitung hubungan antara tegangan, arus dan hambatan dalam suatu rangkaian listrik. Persamaan Hukum Ohm dapat dinyatakan secara matematis dengan rumus E/I = R.
Penemu Hukum Ohm adalah ilmuwan Fisika asal Jerman bernama Gerog Simon (16 Maret 1789 – 6 Juli 1854). Dalam bukunya yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically”, Gerog Simon menyatakan bahwa hukum Ohm merupakan hukum dasar pada rangkaian listrik.
Ketetapan pada hukum ini menghubungkan tegangan dan arus ke sifat-sifat konduktor. Dalam rangkaian listrik, hukum ohm berkaitan dengan kuat arus, tegangan dan juga hambatan listrik pada perangkat linier.
Dalam praktekknya, hukum ini digunakan untuk menentukan berbagai hal. Hukum ini bisa digunakan untuk menghitung besarnya tegangan listrik, kuat arus listrik maupun hambatan yang ada pada sebuah rangkaian listrik.
Dasar Teori Hukum Ohm:
Persamaan | Simbol | Satuan | Peran dalam Rangkaian | Keterangan |
Tegangan | E | Volt (V) | Tekanan yang memicu aliran elektron | E = Gaya Gerak Listrik |
Arus | I | Ampere, amp (A) | Laju aliran elektron | I = Intensitas |
Hambatan | R | Ohm (Ω) | Penghambat aliran | Ω = Huruf Yunani Omega |
Dasar teori hukun Ohm adalah jika dua dari nilai diketahui, maka kita dapat mengkonfigurasi ulang Hukum Ohm untuk menghitung dan mongkonfigurasi yang ketiga.
Cara Konfigurasi Ulang Rumus Hukum Ohm :
- Misalkan kita sudah mengetahui nilai mengetahui tegangan (E) dan arus (I), kemudian kita ingin mengetahui nilai hambatan (R), maka kita gunakan persamaan R = E/I.
- Contoh yang kedua misalkan kita sudah mengetahui nilai tegangan (E) dan hambatan (R), untuk menghitung berapa kuat nilai arus (I), kita bisa menggunakan persamaan I = E/R.
- Contoh yang ketiga misalkan anda sudah mengetahui berapa nilai arus (I) dan hambatan (R), maka untuk mengetahui nilai tegangannya, kita tinggal menerapkan persamaan E = I.R
Penerapan Hukum Ohm:
Penggunaannya secara luas dari hukum ini bisa dengan mudah kita temukan pada rangkaian elektronika. Hukum ini juga merupakan hukum dasar dalam suatu rangkaian listrik.
Tidak hanya digunakan untuk menghitung besarnya tegangan listrik, arus listrik dan hambatan pada sebuah rangkaian listrik saja, hukum ini juga bisa digunakan untuk kebutuhan lain.
Dalam praktik penggunaannya pada suatu rangkaian listrik, fungsi hukum Ohm juga bisa digunakan untuk memperkecil arus listrik dan tegangan listrik serta mendapatkan nilai hambatan atau resistensi yang dibutuhkan.
Dengan semua kegunaan ini, maka mengetahu hukum dan cara menghitungnya kemudian menjadi hal selanjutnya yang penting untuk dipelajari. Berikut kami sertakan juga fungsi utama dari hukum ini :
- Menentukan tegangan, hambatan atau arus suatu rangkaian listrik.
- Mempertahankan penurunan tegangan yang diinginkan di seluruh komponen elektronik.
- Penerapan pada alat ammeter DC dan shunt DC lainnya untuk mengalihkan arus.
Keterbatasan Hukum Ohm :
Meskipun banyak digunakan, hukum ini juga memiliki keterbatasan. Asumsi awal diturunkannya hukum ini adalah bahwa hambatan tidak bergantung pada arus. Dengan begitu, hambatan akan selalu tetap, tidak tergantung pada Arus.
Oleh karena itu, hukum ini tidak bisa diberlakukan pada isolator, materi yang sifatnya semikonduktor ataupun pada fluida. Material-material tersebut kemudian dikenal dengan material non-Ohmik karena tidak berlaku hukum Ohm.
Hukum ini juga tidak berlaku untuk elemen listrik unilateral seperti dioda dan transistor karena memungkinkan arus mengalir melalui satu arah saja. Untuk elemen listrik non-linier dengan parameter seperti kapasitansi, resistansi dll, tegangan dan arus tidak akan konstan terhadap waktu sehingga sulit untuk menggunakan hukum ini.
Rumus Hukum Ohm
Berdasarkan satuan Internasional, secara matematis rumus hukum ohm adalah R = E/I, dimana E = tegangan dengan satuan Volt (V), I = kuat arus dengan satuan Amp (A), dan R = Hambatan dengan satuan ohm (Ω).
Agar lebih mudah dalam mengingat rumus ini, bisa menggunakan grafik segitiga rumus yang sudah kami sajikan diatas. Caranya, jika ingin mencari rumus salah satunya, tinggal tutup huruf yang melambangkan apa yang ingin dicari. Maka Anda bisa lebih mudah dalam mengingatnya.
Dari rumus hukum Ohm yang sudah wiki elektronika paparkan di atas, persamaan tersebut dapat dihitung menggunakan tiga persamaan berikut ini:
- Rumus untuk Menghitung Tegangan Listrik
Rumus hukum Ohm yang pertama adalah rumus yang digunakan untuk mencari tegangan listrik dari sebuah rangkaian. Berikut rumus yang digunakan: