Perbedaan Pembelajaran Abad 21 dan 20 Plus Contohnya

4 min read

Hai sobat wikielektronika! Sebagai pengamat pendidikan yang sudah malang melintang mengamati perubahan dunia pendidikan selama puluhan tahun, izinkan saya mengajak kalian bernostalgia sekaligus melihat gambaran masa depan.

Pernahkah kalian penasaran seperti apa bedanya belajar di zaman kita dengan zaman orang tua kita dulu? Yakin deh, jawabannya pasti jauh berbeda. Dunia pendidikan terus bergerak maju, dan perbedaan pembelajaran Abad 21 dan Abad 20 sangatlah signifikan. Yuk, kita bedah bareng!

Perbedaan Pembelajaran Abad 21 dan 20

Perbedaan Pembelajaran Abad 21 dan 20

Menurut Robert Bala dalam bukunya yang berjudul “Creative Teaching: Mengajar Mengikuti Kemauan Otak”, terdapat 5 aspek penting yang membedakan antara pembelajaran di abad 20 dengan pembelajaran di abad 21 mendatang. Apa saja perbedaannya? simak baik baik dibawah ini.

Aspek Abad 20 Abad 21
Peran Guru Pusat informasi, ceramah, transfer pengetahuan Fasilitator, pembimbing, motivator, pembelajaran student-centered
Komposisi Kelas Homogen Heterogen, inklusi
Pemanfaatan Teknologi Minim, buku teks, papan tulis Integrasi teknologi, platform edukasi
Asesmen Siswa Ujian tertulis, hafalan Beragam, holistik, kompetensi, soft skills
Soft Skills Kurang ditekankan Diutamakan, komunikasi, kolaborasi, problem-solving

Penjelasan Rinci:

Peran Seorang Guru

Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar cerita orang tua atau kakek nenek tentang pengalaman belajar mereka di sekolah. Dulu, guru menempati posisi sentral di kelas. Beliau laksana “walking library,” atau sumber utama informasi.

Metode ceramah mendominasi, dimana guru menerangkan materi pelajaran dan siswa expected untuk menyerap dan menghafalkannya. Ingat gak, film-film jadul yang sering menampilkan guru berdiri di depan kelas dengan pointer panjang sambil menjelaskan materi? Yap, persis seperti itu!

Nah, di era sekarang, peran guru mengalami pergeseran yang mendasar. Guru tidak lagi menjadi “sumber tunggal” pengetahuan. Dengan mudahnya kita mengakses informasi lewat internet dan berbagai sumber digital lainnya.

Justru yang dibutuhkan saat ini adalah sosok guru yang bisa berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator belajar. Guru abad 21 dituntut untuk bisa menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan mampu berkolaborasi.

Sebagai contoh, dulu pelajaran sejarah identik dengan menghafal tahun dan nama pahlawan. Sekarang, guru bisa mengajak siswa untuk berdiskusi, menganalisis sumber-sumber sejarah primer, bahkan mungkin membuat simulasi peristiwa sejarah.

Dengan metode pembelajaran yang lebih student-centered dan engaging, siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal, tapi juga memahami esensi dan makna dari peristiwa sejarah tersebut.

Komposisi Kelas

Dulu, komposisi kelas cenderung homogen. Siswa dengan kebutuhan khusus seringkali luput dari perhatian. Padahal, setiap anak memiliki gaya belajar yang unik dan potensinya sendiri-sendiri.

Kabar gembira, pendidikan abad 21 mengedepankan konsep kelas yang heterogen. Artinya, kelas diisi oleh siswa-siswa dengan latar belakang, gaya belajar, dan kebutuhan yang beragam. Guru dituntut untuk bisa mengakomodasi keragaman ini dengan menerapkan strategi pembelajaran yang variatif.

Galih Wsk Dengan pengetahuan dan keahliannya yang mendalam di bidang elektro dan statistik, Galish WSK alumni pascasarjana ITS Surabaya kini mendedikasikan dirinya untuk berbagi pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang perkembangan terkini di bidang statistika dan elektronika via wikielektronika.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page