Perbedaan Pembelajaran Abad 21 dan 20 Plus Contohnya

4 min read

Misalnya, untuk menjelaskan materi IPA, guru bisa menggunakan metode ceramah singkat, kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi eksperimen. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih mudah memahami konsep dengan melihat langsung proses percobaan.

Sementara itu, siswa yang lebih visual bisa dibantu dengan menggunakan media presentasi yang menarik. Dengan mengakomodasi gaya belajar yang berbeda, guru bisa memastikan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memahami materi pelajaran.

Pemanfaatan Teknologi

Bagi generasi millennial seperti kita, teknologi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. Namun, bayangkan di era di mana powerpoint dan internet masih barang langka. Pembelajaran di Abad 20 lebih banyak menggunakan media konvensional seperti papan tulis dan buku teks.

Keadaan ini tentu saja berbeda jauh dengan pembelajaran di Abad 21. Teknologi tidak lagi dianggap sebagai pengganggu, justru sebaliknya, ia menjadi teman belajar yang efektif. Guru bisa memanfaatkan berbagai platform dan aplikasi pendidikan untuk membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik.

Misalnya, menggunakan aplikasi simulasi untuk pembelajaran IPA, atau menggunakan learning management system (LMS) untuk memudahkan distribusi materi dan tugas. Siswa pun didorong untuk memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi, mengerjakan tugas, dan berkolaborasi dengan teman sekelas.

Catatan: Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, tetap penting untuk bijak dalam penggunaannya. Jangan sampai gadget malah menjadi distraksi dan mengganggu proses belajar mengajar.

Asesmen Siswa

Bagi sebagian besar dari kita, kenangan tentang evaluasi pembelajaran mungkin tak lepas dari bayangan ujian kertas berisikan soal-soal pilihan ganda dan essay. Memang, di Abad 20, penilaian siswa didominasi oleh ujian tertulis yang menekankan kemampuan menghafal. Siswa yang pandai menghafal detail materi pelajaran biasanya akan mendapatkan nilai yang baik.

Namun, pendidikan Abad 21 memiliki konsep asesmen yang lebih dinamis dan berkelanjutan. Ujian tertulis masih tetap ada, namun fungsinya bukan lagi sebagai satu-satunya penentu kelulusan. Guru menggunakan berbagai metode asesmen untuk menilai kompetensi siswa secara menyeluruh, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan soft skills.

Contoh metode asesmen yang beragam ini bisa berupa presentasi kelompok, pembuatan project, portofolio hasil karya siswa, atau observasi selama pembelajaran berlangsung.

Dengan asesmen yang holistik, guru bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang perkembangan belajar masing-masing siswa. Ini membantu guru untuk memberikan feedback yang tepat dan mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual siswa.

Softskill

Coba kita bandingkan dengan dunia kerja jaman dulu. Mungkin keahlian teknis dan penguasaan ilmu pengetahuan tertentu menjadi yang paling diutamakan. Namun, di era disrupsi seperti sekarang, soft skills semakin berperan penting dalam kesuksesan karier. Soft skills seperti komunikasi yang efektif, kemampuan berkolaborasi, berpikir kritis, dan problem-solving menjadi bekal yang wajib dimiliki para pekerja profesional.

Menyadari pentingnya soft skills, pendidikan Abad 21 lebih menekankan pengembangan soft skills sejak dini. Melalui berbagai metode pembelajaran yang kolaboratif dan project-based, siswa didorong untuk bisa berkomunikasi dengan baik, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan masalah secara kreatif.

Galih Wsk Dengan pengetahuan dan keahliannya yang mendalam di bidang elektro dan statistik, Galish WSK alumni pascasarjana ITS Surabaya kini mendedikasikan dirinya untuk berbagi pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang perkembangan terkini di bidang statistika dan elektronika via wikielektronika.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page